Kamis, 25 Agustus 2011

Lithium dalam Semburan Lumpur

Seorang peneliti asal Jepang dalam simposium ilmiah tentang Lumpur Lapindo tanggal 25-26 Mei 2011 memaparkan hasil penelitiannya tentang kandungan unsur lithium dalam semburan lumpur lapindo. Profesor Wataru Tanikawa menjelaskan penelitiannya yang telah berjalan selama 5 tahun tentang fenomena semburan lumpur lapindo tersebut menyimpulkan sementara bahwa lumpur yang disemburkan di Porong, Sidoarjo tersebut kemungkinan besar memiliki kandungan lithium yang cukup besar. Apakah benar dalam semburan lumpur tersebut mengandung lithium? Kesimpulan tetap belum diputuskan karena hasil penelitiannya masih harus diuji coba oleh kalangan ahli pertambangan dan material untuk membuktikan kebenarannya.

Sebelum membahas lebih jauh tentang semburan lumpur yang diduga mengandung lithium tersebut maka perlu kita mengetahui apa dan manfaat lithium. Lithium adalah salah satu logam alkali yang bersifat reaktif dan mudah terbakar. Logam lithium mudah sekali terkorosi bila bersentuhan dengan uap air sehingga warnanya yang abu-abu akan segera berubah menjadi kehitaman bila terekspose dengan udara yang mengandung uap air atau lembab. Oleh karena itu lithium sangat jarang dijumpai dalam bentuk unsurnya melainkan persenyawaannya dalam lempung dan senyawa logam alkali seperti spodumene (LiAlSi2O6) atau batuan garam KLiSO4. Saat ini lithium banyak digunakan aplikasinya dalam pembuatan baterai alat-alat elektronika seperti handphone atau laptop karena energi kimia potensialnya yang cukup besar dibanding baterai biasa dan baterai lithium-ion memiliki densitas energi yang cukup besar 0,16 kWh/kg, selain menjadi bahan baku baterai isotop lithium dengan kode lithium-6 banyak digunakan sebagai bahan baku bom nuklir. Reaksi fusi lithium dengan neutron akan menghasilkan tritium dan deuterium yang merupakan sumber panas dan ledakan yang cukup besar. Ledakan inilah yang dinamakan sebagai perintis bom nuklir.

Saat ini negara yang memiliki cadangan lithium terbesar adalah Chili total produksi 7400 ton per tahun dan cadangan terbukti sebesar 7,5 juta ton. Walaupun memiliki cadangan yang cukup besar penambangan lithium bukan hal yang mudah karena sifat reaktifnya yang cukup tinggi membuat logam ini bersenyawa dengan logam lain dalam batuan. Kandungan terbesar umumnya ditemukan didalam lautan sebesar 60 bpj (bagian per juta) dalam satu kilogram batuan. Atau dengan kata lain dalam 1 kilogram batuan hanya terdapat 0,06 gram lithium. Untuk memperoleh logam ini maka dilakukan ekstraksi elektrolisis dari lithium klorida dan kalium klorida. Ekstraksi dilakukan dengan membuang pengotor berupa aluminium atau kalium yang ada di persenyawaan lithium untuk diubah menjadi senyawa lithium karbon.

Lalu bagaimana potensi kandungan lithium di semburan lumpur lapindo? Menurut peneliti Tanikawa kandungan lithium yang dimiliki lumpur lapindo lebih besar daripada kandungan lithium yang biasa ditemukan pada pertambangan konvensional. Dalam 1 kilogram lumpur padat dapat ditemukan 100 gram kandungan lithium atau 600 kali lebih besar. Walaupun hasil penelitian ini belum final namun ada baiknya jika ahli geologi dan pertambangan di Indonesia mulai melakukan penelitian lanjutan mengingat saat ini Indonesia belum memiliki tambang lithium sekaligus memenuhi asas manfaat dari semburan lapindo. Selama ini lumpur yang dihasilkan oleh semburan di Porong tersebut hanya sebatas ditampung dan dibiarkan begitu saja. Beberapa waktu lalu terdengar kabar akan pengembangan lumpur menjadi bahan baku batu bata namun karena masih mengandung gas beracun seperti methana dan sulfur yang tidak baik untuk kesehatan maka pemanfaatan ini tidak dilanjutkan. Selain itu komposisi lumpur yang keluar dari pusat semburan sudah berkurang tinggal kandungan air dan gas methana maka jika proses pengolahan lumpur akan lebih mudah karena lumpur tinggal dikumpulkan dalam satu kolam tersendiri kemudian dipadatkan lalu diekstrak kandungannya.

Sumber data : ekonomi lumpur
http://green.kompasiana.com/polusi/2011/06/23/lithium-dalam-semburan-lumpur/

Tidak ada komentar: