Kamis, 19 Mei 2011

Orang Shaleh dan Penjaga Toko

Di suatu tempat, hidup seorang shaleh yang menghabiskan waktunya untuk berdoa, berpuasa dan menyembah Allah. Hampir semua waktu bangunnya digunakan untuk berdzikir dan beribadah. Dia sangat senang dengan kegiatan spiritualnya itu. Tidak ada pikiran jahat di pikirannya dan nafsu jahat di hatinya.

Suatu malam, ia mengalami mimpi yang agak mengganggu pikirannya. Ia melihat dalam mimpinya, ada seorang penjaga toko yang ibadahnya jauh lebih baik darinya dan dia merasa harus berguru padanya tentang kehidupan spiritual yang benar.

Pagi harinya, orang shaleh itu memutuskan untuk mencari penjaga toko dalam mimpinya. Ia menemukan orang yang dicarinya sedang melayani pembeli, menjual barang-barang dan mengumpulkan uang dengan wajah ceria. Dia duduk di pojok toko sambil mengamati penjaga toko itu dengan teliti. Tak ada tanda kehidupan spiritual darinya, katanya dalam hati. Mimpinya tak mungkin benar. Tetapi tiba-tiba penjaga toko itu menghilang dan ternyata sedang mengerjakan shalat. Setelahnya, ia kembali sibuk mengumpulkan uang dan tawar menawar dengan para pembelinya.

Penjaga toko itu menyadari kehadiran orang shaleh itu di tokonya, “Assalamu’alaikum, ada sesuatu yang anda inginkan, saudaraku?”

“Wa’alaikum salam, Oh tidak, tidak, tidak!” jawab orang shaleh itu. “Aku tak ingin membeli apapun, tetapi aku mau bertanya padamu.”

“Baik, penjelasannya mudah,” kata penjaga toko, ” Tetapi kamu harus melakukan sesuatu untukku terlebih dahulu sebelum aku menjawab pertanyyanmu.”

“Aku akan melakukan apapun untuk anda,: jawab si orang shaleh.

“Baiklah! Bawa cawan ini. Pergilah ke ujung jalan dan kembalilah ke sini dalam waktu kurang dari setengah jam. Jika air raksa di dalam cawan ini ada yang tumpah sedikit saja, kamu tak akan mendengar apa-apa dariku. Sekarang pergilah.”

Orang shaleh itu segera mengambil cawan dan mulai berlari. Air raksanya hampir saja tumpah dari cawan. Ia berhasil mengatasinya tepat waktu dengan memperlambat larinya. Lalu ia ingat kalau ia harus kembali dalam waktu kurang dari setengah jam, jadi ia mulai berjalan dengan cepat lagi. Akhirnya ia berhasil kembali dengan napas tersengal-sengal dan berkeringat. “Ini air raksamu, aman dan tidak tumpah.” katanya pada penjaga toko. “Sekarang ceritakan padaku apa maksud dari mimpiku.”

Penjaga toko memperhatikan kondisi orang shaleh tersebut dan bertanya, ” Baiklah, kawan, selama kamu pergi ke ujung jalan lalu kembali ke sini, berapa kali kamu mengingat Allah?”

“Mengingat Allah?” jawab orang shaleh tersebut. “Aku tak sempat mengingat-Nya sama sekali karena sibuk memperhatikan air raksa dalam cawanmu.”

“tetapi aku mengingat Dia setiap waktu,” kata penjaga toko. “Saat aku berdagang, aku juga membawa air raksa dalam cawan. Aku jujur, ramah dan bersikap baik terhadap pembeli. Aku tak pernah melupakan Allah Ta’ala saat bertransaksi dengan pembeli.”

“laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang. (Meraka mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah memberikan balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan supaya ALlah menambah karunia-Nya kepada mereka. Dan Allah memberi rezki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas.” (QS An Nuur : 37 – 38)
http://laaraiba.wordpress.com/2010/09/06/orang-shaleh-dan-penjaga-toko/

Tidak ada komentar: