Kamis, 09 Juni 2011

pertumbuhan dan perkembangan anak

BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Dalam kehidupan anak ada dua proses yang beroperasi secara kontinu yaitu pertumbuhan dan perkembangan secara bergantian.kedua proses ini berlangsung secara interpendensi, artinya saling bergantung antara satu dengan yang lain
Seorang anak mungkin memulai pendidikan formalnya ditingkat taman kanak-kanak pada usia 4 atau 5 tahun. Sejak seorang bayi mulai berkomunikasi dengan orang lain sejak itu pula bahasa diperlukan,perkembangan bahasa adalah meningkatnya kempuan penguasaan alat berkomunikasi,baik secara lisan maupun tertulis. Wechlet (1958) merumuskan inteligensi sebagai keseluruhan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah serta kemampuan mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif
Istilah inteligensi telah banyak digunakan,terutama dalam bidang psikologi dan pendidikan namun secara definitif istilah itu tidak mudah dirumuskan.
1.2Tujuan Penulisan
Ada pun tujuan dari penulisan makalah ini agar kita dapat mengetahui perkembangan peserta didik, sehingga kita bisa tahu bagaimana dan apa tujuan kita untuk memahami apa yang terjadi. Sehingga memotifasi kita untuk mengkajinya.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1Perbedaan Pertumbuhan dan Perkembangan
Psikologi perkembangan merupakan cabang psikologi yang mempelajari perubahan tingkah laku dan kemampuan sepanjang proses perkembangan individu dari mulai masa konsepsi sampai mati.
4 pendekatan perkembangan meliputi : Kognitif, Belajar lingkungan, Etologi dan Imam Al Ghazali.
1. Pendekatan kognitif
a. Model dari Piaget
1. Sensomotoris 1-2 tahun pengetahuan dengan interaksi fisik
2. Praoperasional 2 – 6 tahun menggunakan symbol-simbol
3. Operasi konkret 6-11 tahun memecahkan masalah secara logis
4. Operasi formal 11tahun operasi mental tingkat tinggi
b. Model pemrosesan informasi
Input (lingkungan dan rangsangan)———-Proses (mengolah dan menyusun informasi) ————-output (tingkah laku)
c. Model Kognisi sosial —-kebudayaan menentukan perkembangan
2. Pendekatan belajar atau lingkungan
Perubahan tingkah lagu karena proses pengkondisian dan pembelajaran, Skinner membagi dua
a.Respondent Behavior : adanya tingkah laku karena reflek akibat adanya rangsangan dapat berupa respon fisik dan respon emosional.
b.Operand Behavior : tingka laku sukarela krena dampak atau konsekuensi. Yang baik menyenangkan akan cenderung diulang dn yan tidak menyenangkan ditinggal.
3. Pendekatan etologi
Pendekatan etologi yaitu Tingkah laku yang muncul karena bawaan (genetis).
Ciri-ciri Perkembangan :
- Menghalami perubahan fisik dan psikis
- Perubahan proporsi fisik dan psikis
- Hilangnya tanda-tanda lama fisik dan psikis
- Timbulnya tanda tanda baru aspek fisik dan psikis
Prinsip-Prinsip Perkembangan
- Perkembangan proses yang tidak pernah berhenti
- Semua aspek perkembangan saling mempengaruhi
- Perkembangan mengikuti pola dan arah tertentu
- Perkembangan terjadi dalam tempo berlainan
- Setiap fase perkembangan mempunyai ciri khas
- Setiap individu yang normal mengalami fase perkembangan
Tumbuh Kembang anak-anak pada masa sekolah
Pertumbuhan dan perkembangan normal:
- Perkembangan dari struktur, fungsi organ, psikomotor, kognitif, dan emosipada masa sekolah (GDS K41-Pediatric)
Faktor jangkitan yang mempengaruhi tumbuh kembang:
- Jangkitan parasit (GDS K42-Parasitologi)
Perkembangan mental emosional pada kanak-kanak:
- Perkembangan psikoseksual, psikokognitif, psikososial, dan Moral (GDS K43-Psychiatry)
- Gangguan perkembangan mental emosional dan penanganannya (GDS K44-Psychiatry)
Monitoring tumbung kembang:
- Penilaian status nutrisi (GDS K45&K46-Pediatric)
- Deteksi awal gangguan tumbuh kembang (GDS K47&K48-Pediatric)
- Perbaikan status nutrisi (GDS K49&K50-Pediatric)
Tumbuh Kembang Bayi Pada Kanak-Kanak Kecil
Pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi dan kanak-kanak kecil:
- Perkembangan dari struktur dan fungsi organ, psikomotor, kognitif, serta emosi pada masa bayi dan kanak-kanak kecil (GDS K21&K22-Pediatric)
Keperluan fizik biologi yang mempengaruhi tumbuh kembang:
- Asupan susu ibu dan penyusuan (GDS K23&K24-Pediatric)
- Keperluan nutrisi pada tiap tahapan pertumbuhan (GDS K25&K26-Nutrisi)
- Pemberian makanan pada kanak-kanak (GDS K27-Pediatric)
- Pendidikan nutrisi dan Ilmu Kesihatan Keluarga (GDS K28-Nutrisi)
- Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan makanan dalam masa pertumbuhan dan perkembangan kanak-kanak (GDS K29-Nutrisi)
- Ubat-ubatan yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kanak-kanak (GDS K30-Farmakologi)
- Pemaparan bahan aktif yang mempegaruhi tumbuh kembang anak (GDS K31-Farmakologi)
Penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan:
- Down's syndrome (GDS K32-Pediatric)
- Kelainan pada kelenjar tiroid (GDS K33-Pediatric)
- Diabetes Mellitus (GDS K34-Pediatric)
- Kelainan pertumbuhan (GDS K35-Pediatric)
- Kegagalan untuk berkembang maju (GDS K36-Pediatric)
- Gangguan perkembangan motorik dan bahasa (GDS K37&K38-Pediatric)

Pemeriksaan laboratorium dan interpretasi:
- Pemeriksaan laboratorium dan interpretasi untuk menegakkan diagnosa kelainan tumbuh kembang (GDS K39&K40-Patologi Klinik)
Tumbuh Kembang Neonatus dan Perinatal
Pertumbuhan dan perkembagan:
- Konsep dasar (GDS K1-Pediatric)
- Pengaruh perubahan lingkungan intra uterus menjadi lingkungan extra uterus terhadap berbagai sistem tubuh (GDS K2&K3-Fisiologi)
- Perkembangan tulang dan sistem saraf (GDS K4&K5-Anatomi)
- Perkembangan struktur dan fungsi organ serta, psikomotor pada masa neonatus dan perinatal (GDS K6&K7-Pediatric)
Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang:
- Hormon dan faktor pertumbuhan pada tumbuh kembang (GDS K8-Biokimia)
- Fisiologi endokrin pada masa pertumbuhan (GDS K9-Fisiologi)
- Mikroorganisme patogen pada pertumbuhan da perkembangan:
(a) Bakteria (GDS K10-Mikrobiologi)
(b) Virus (GDS K11-Mikrobiologi)
(c) Kulat (GDS K12-Mikrobiologi)
Gangguan pada masa neonatus dan bayi:
- Jangkitan dan kejang pada neonatus (GDS K13-Pediatric)
- Neonatus risiko tinggi (GDS K14-Pediatric)
- Trauma lahir (GDS K15-Pediatric)
- Sistem endokrin (GDS K16-Pediatric)
- Gangguan nafas pada neonatus (GDS K17-Pediatric)
- Hiperbilirubinemia pada neonatus (GDS K18-Pediatric)
- Hipotermia pada neonatus (GDS K19-Pediatric)
Pemeriksaan laboratorium dan interpretasinya:
- Pemeriksaan laboratorium yang sering dilakukan pada neonatus dan bayi serta interpretasinya (GDS K20-Patologi Klinik)
2.2Karakteristik Personaliti
Setiap individu memiliki ciri dan sifat atau karakteristik bawaan (heredity) dan karakteristik yang diperoleh dari pengaruh lingkungan. Karakteristik-karakteristik bawaan merupakan karakteristik keturunan yang dimiliki sejak lahir, baik yang menyangkut faktor biologis maupun faktor sosial psikologis. Pada masa ia ada keyakin, kepribadian terbawa pembawaan (heredity)dan lingkungan; merupakan dua faktor yang terbentuk karena faktor terpisah, masing-masing mempengaruhi kepribadian dan kemampuan individu bawaan dan lingkungan dengan caranya sendiri-sendiri.Namun kemudian makin didasari bahwa apa yang dipikirkan dan dikerjakan seseorang, atau apa yang dirasakan oleh seorang anak,remaja atau dewasa, merupakan hasil dari perpaduan antara apa yang ada di antara faktor-faktor biologis yang diturunkan dan pengruh lingkungan.
Seorang anak mungkin memulai pendidikan formalnya di tingkat taman kanak-kanak pada usia 4 atau 5 tahun.Pada awal,ia memasuki sekolah mungkin tertunda sampai ia berusia 5 atau 6 tahun.Tanpa memperdulikan berapa umur seorang anak, karakteristik pribadi dan kebiasaan-kebiasaan yang dibawanya ke sekolah akhirnya tebentuk oleh pengaruh lingkungan dan hal itu tampaknya mempunyai penting terhadap keberhasilanya di sekolah dan masa perkembangan hidupnya di kelak kemudian.
Seorang bayi yang baru lahir merupakan hasil dari dua garis keluarga, yaitu garis keluarga ayah dan garis keluarga ibu. Sejak saat terjadinya pembuahan atau konsepsi kehidupan yang itu secara berkesinambungan dipengaruhi oleh banyak dan macam-macam faktor lingkungan yang merangsang. Masing-masing perangsang tersebut,baik secara terpisah atau terpadu dengan rangsangan lain, semuanya membantu perkembangan potensi-potensi biologis demi terbentuknya tingkahlaku manusia yang dibawa sejak lahir. Hal itu akhirnya membentuk suatu pola karakteristik tingkahlaku yang dapat mewujudkan seseorang sebagai individu yang berkarakteristik berbeda dengan individu-individu lain.
2.3Perkembangan Bahasa
Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan (berkomunikasi ), saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain, dan meningkatkan kemampuan intelektual. Proses perkembangan bahasa yang baik selalu dimulai dari sejak dini. Kesempatan anak untuk bercerita, berkomunikasi dengan yang lain akan sangat membantu perkembangan bahasa tersebut. Pembelajaran dengan PMRI yang banyak memberi kesempatan kepada anak untuk berbicara, mengungkapkan ide dan gagasan, berkomunikasi dengan yang lain untuk membuat kesepakatan merupakan langkahlangkah yang baik untuk mengembangkan bahasa anak tersebut.
Ketika peneliti melakukan pendampingan pelaksanaan PMRI di kelas 1 SD Kanisius Demangan Baru 2 Yogyakarta, siswa-siswi kelas 1 dapat mengembangkan sebuah soal cerita yang menarik dan runtut dari sebuah topik pembelajaran berhitung. Mereka dapat mengungkapkan ide atau gagasan tertentu secara lisan. Hal seperti itu tidak banyak dijumpai dalam pembelajaran konvensional. Karena dalam pembelajaran konvensional biasanya anak dengan diam dan tekun mengerjakan tugas sesuai perintah guru. Mereka jarang diberi kesempatan untuk mengungkapkan ide, bercakap-cakap atau berkomunikasi dengan yang lain. Hal-hal tersebut di ataslah menjadi dasar peneliti untuk membuat sebuah penelitian tentang “Hubungan antara PMRI dengan Proses Perkembangan Bahasa Anak Didik ”.
A.Unsur Kontekstual dan Perkembangan Bahasa Anak
Kontekstual adalah pembelajaran matematika dengan PMRI di mana bahan ajar mengambil bahan-bahan yang dekat dengan anak, sudah dikenal oleh anak, dan menarik perhatian bagi anak tersebut. Unsur kontekstual pada penelitian ini ditunjukkan dengan memberikan tugas menceritakan gambar yang mudah dikenali oleh anak seperti, situasi sekolah saat istirahat, koperasi sekolah, makanan, minuman yang mudah dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Pada hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa dengan pembelajaran model PMRI, di mana anak belajar pada halhal yang bersifat kontekstual, anak dapat semakin berkembang daya pikirnya. Daya pikir tersebut dapat dilihat dari kemampuan dia untuk dapat mengungkap lebih banyakinformasi dari sumber-sumber belajar, dalam penelitian ini sumber belajar berasal dari tugas menceritakan gambar. Sedangkan pada subyek 2, dapat diketahui bahwa pemberian tugas yang bersifat kontekstual dapat membantu anak untuk mengembangkan bahasa matematisnya. Anak tersebut dapat mengungkap ide yang terdapat di dalam gambar secara rinci, baik dari cara dia untuk menyebutkan berbagai kegiatan dan jumlah anak yang melakukan kegiatan tersebut. Untuk subyek 2 ini, peneliti tidak banyak memberikan pancingan pertanyaan. Karena sifat dasar dari subyek 2 tersebut adalah anak yang suka berbicara , terutama jika berada di dalam kelas. Baik subyek 1 maupun 2, pada dasarnya dapat menceritakan dengan bahasa yang baik dan runtut, walaupun untuk subyek satu , anak harus banyak dipancing dengan pertanyaan-pertanyaan agar mau bercerita, karenasifat subyek 1 adalah pendiam. Namun ketika diminta untuk menuliskan ide yang dapat ditangkap dari gambar yang diberikan , ia dapat mengungkap dengan bahasa yang lebih baik dan tulisan yang lebih rapi. Untuk subyek 1, yang berkembang adalah bahasa non matematis.
B.Unsur Negosiasi dan Perkaembangan Bahasa Anak
Negosiasi adalah kemampuan seseorang untuk menawar, beradu argumentasi, saling memberi pendapat, dan membuat kesepakatan sehingga mendapatkan sesuatu yang lebih baik. Pada hasil penelitian ini, unsur negosiasi anak dan perkembangan bahasa pada anak tidak begitu nampak. Bahasa negosiasi anak yang ia kemukakan hanya sebatas bahwa ia sudah tidak mampu lagi untuk dapat mengungkap kembali ide cerita yang ia perhatikan dari gambar tersebut. Hal ini terjadi baik pada subyek 1 maupun subyek 2. Pada subyek 1, unsur negosiasi muncul ketika ia memilih gambar yang ia sukai untuk diceritakan dan ketika ia mengatakan “sudah” atau “tidak” saat ia tidak mau atau sudah tidak ada lagi yang dapat diungkap dari gambar tersebut. Demikian pula pada subyek 2, unsur negosiasi muncul saat peneliti meminta dia untuk mengungkap ide lebih banyak lagi dari gambar yang ia perhatikan, sedangkan ia sudah tidak mampu lagi untuk bercerita. Unsur negosiasi pada penelitian ini hanya sedikit membantu perkembangan bahasa anak, terutama bahasa non matematisnya.
C.Unsur Reinventioan dan Perkambangan Bahasa Anak
Reinvention atau penemuan sendiri oleh anak adalah proses belajar di mana anak diberi kesempatan sendiri untuk menemukan sendiri isi pembelajaran dan tujuan pembelajaran, sehingga pengetahuan anak akan terbangun dengan sendirinya. Pada penelitian ini dapat di ketahui bahwa unsur reinvention yang terdapat di dalam tugas tersebut dapat mengembangkan kemampuan berbahasa anak, baik bahasa non matematis dan bahasa matematis. Hal ini terutama terjadi pada subyek 2. Setiap dia diberi kesempatan untuk menemukan dan mengungkap isi gambar, ia dapat menjelaskan secara rinci. Ia tidak hanya menyebutkan macam-macam kegiatan, barang yang nampak, namun juga mampu membandingkan lebih banyak atau lebih sedikit jumlah atau harga barang, menjumlahkan dan juga memberi penjelasan cara menghitung.
2.4Perkembangan Kecerdasan
Kemampuan perkembangan kecerdasan adalah keseluruhan kemampuan individu untuk berfikir dan bertindak secara terarah serta kemampuan mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif. Rumusan tersebut mengungkapkan bahwa makna kecerdasan mengandung unsur-unsur yang sama dengan yang dimaksudkan dalam istilah kecerdasan yang menggambarkan kemampuan setiap orang dalam berfikir dan/atau bertindak. Berhubungan dengan masalah kemampuan itu, para ahli psikologi telah mengembangkan berbagai alat ukur untuk menyatakan tingkat kemampuan berfikir. Salah satu tes intelegansi yang terkenal adalah tes yang dikembangkan oleh Alfret Binet(1857-f1911). Binet adalah seorang ahli ilmu jiwa (psycholog) prancis, merintis mengembangkan tes intelegensi yang agak umum dengan sebutan intelligence Quotient yang disingkat IQ Artinya perbandingan kecerdasan.
Apabila tes tersebut diberikan kepada anak umur tertentu dan ia dapat menjawab dengan betul seluruhnya, berarti umur kecerdasannya (MA) sama dengan umur kalender (CA) maka nilai IQ yang di dapat anak itu sama dengan 100. Misalnya 6 tahun hanya dapat menjawab tes untuk anak umur S tahun, akan di dapati nilai IQ dibawah 100 dan ia menyatakan sebagai anak berkempuan di bawah normal; sebaliknya bagi anak umur S tahun dapat menjawab dengan benar tes yang diperuntukan bagi anak umur 6 tahun,maka nilai IQ anak itu di atas 100, dan ia dikatakan sebagai anak yang cerdas.
Pada usia remaja, IQ dihitung dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan yang terdiri dari berbagai soal (hitungan, kata-kata, gambar-gambar, dan semacamnya) dan menghitung berapa banyaknya pertanyaan yang dapat dijawab dengan benar kemudian membandingkannya dengan sebuah daftar (yang dibuat berdasarkan penelitian yang terpercaya).
Kecerdasan Anak
Howard Gardner dalam bukunya yang berjudul “Multiple Intelligences” mengatakan bahwa skala kecerdasan yang selama ini dipakai ternyata memiliki banyak keterbatasan sehingga kurang dapat meramalkan kinerja yang sukses untuk masa depan seseorang. Gambaran mengenai spektrum kecerdasan yang luas telah membuka mata para orangtua maupun guru tentang adanya wilayah-wilayah yang secara spontan akan diminati oleh anak-anak dengan semangat yang tinggi. Dengan demikian, masing-masing anak tersebut akan merasa pas menguasai bidangnya masing-masing. Bukan hanya cakap pada bidang tersebut yang memang sesuai dengan minatnya, namun juga akan sangat menguasainya sehingga menjadi amat ahli.
Menurut Gardner, kecerdasan seseorang meliputi unsur-unsur: Kecerdasan matematika – logika, Kecerdasan bahasa, Kecerdasan musikal, Kecerdasan visual spasial, Kecerdasan kinestetik, Kecerdasan inter-personal, Kecerdasan intra-personal, Kecerdasan naturalis
Kecerdasan Matematika–Logika
Kecerdasan ini sendiri memuat kemampuan seseorang dalam berpikir secara induktif dan deduktif, kemampuan berpikir menurut aturan logika, memahami dan menganalisis pola angka-angka serta memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir.
Anak-anak dengan kecerdasan matematika-logika tinggi cenderung menyenangi kegiatan menganalisis dan mempelajari sebab-akibat terjadinya sesuatu. Ia menyenangi berpikir secara konseptual, yaitu misalnya menyusun hipotesis, mengadakan kategorisasi dan klasifikasi terhadap apa yang dihadapinya. Anak-anak semacam ini cenderung menyukai aktivitas berhitung dan memiliki kecepatan tinggi dalam menyelesaikan problem matematika.
Apabila kurang memahami, maka mereka akan cenderung untuk bertanya dan mencari jawaban atas hal yang kurang dipahami tersebut. Anak-anak ini juga sangat menyukai berbagai macam permainan yang banyak melibatkan kegiatan berpikir aktif, seperti: catur, bermain teka-teki, dan sebagainya.
Kecerdasan Bahasa
Kecerdasan ini memuat kemampuan seseorang untuk menggunakan bahasa dan kata-kata, baik secara tertulis maupun lisan dalam berbagai bentuk yang berbeda untuk mengekspresikan gagasan-gagasannya.
Anak-anak dengan kecerdasan bahasa yang tinggi, umumnya ditandai dengan kesenangannya pada kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan suatu bahasa seperti: membaca, menulis karangan, membuat puisi, menyusun kata-kata mutiara, dan sebagainya. Anak-anak seperti ini juga cenderung memiliki daya ingat yang kuat misalnya terhadap nama-nama seseorang, istilah-istilah baru maupun hal-hal yang sifatnya detail. Mereka cenderung lebih mudah belajar dengan cara mendengarkan dan verbalisasi. Dalam hal penguasaan suatu bahasa baru, anak-anak ini umumnya memiliki kemampuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak lainnya.
Kecerdasan Musikal
Kecerdasan ini memuat kemampuan seseorang untuk peka terhadap suara-suara non verbal yang berada di sekelilingnya, termasuk dalam hal ini adalah nada irama.
Anak-anak jenis ini cenderung senang sekali mendengarkan nada dan irama yang indah, apakah itu melalui senandung yang dilagukannya sendiri, mendengarkan kaset, radio, pertunjukkan orkestra atau alat musik yang dimainkannya sendiri. Mereka juga lebih mudah mengingat sesuatu dan mengekspresikan gagasan-gagasannnya apabila dikaitkan dengan musik.
Kecerdasan Visual Spasial
Kecerdasan ini memuat kemampuan seseorang untuk memahami secara lebih mendalam mengenai hubungan antara obyek dan ruang. Anak-anak ini memiliki kemampuan misalnya untuk menciptakan imajinasi bentuk dalam pikirannnya, atau kemampuan untuk menciptakan bentuk-bentuk tiga dimensi seperti dijumpai pada orang dewasa yang menjadi pemahat patung atau arsitek suatu bangunan. Kemampuan membayangkan suatu bentuk nyata dan kemudian memecahkan berbagai masalah sehubungan dengan kemampuan ini adalah hal yang menonjol pada jenis kecerdasan visual spasial ini. Anak-anak demikian akan unggul dalam permainan mencari jejak pada suatu kegiatan di kepramukaan misalnya.
Kecerdasan Kinestetik
Kecerdasan ini memuat kemampuan seseorang untuk secara aktif menggunakan bagian-bagian atau seluruh tubuhnya untuk berkomunikasi dan memecahkan berbagai masalah. Hal ini dapat dijumpai pada anak-anak yang unggul pada salah satu cabang olah raga, seperti misalnya: bulu tangkis, sepak bola, tenis, renang, basket, dan sebagainya. Atau bisa pula tampil pada anak-anak yang pandai menari, terampil bermain akrobat atau unggul dalam bermain sulap.
Kecerdasan Inter-personal
Dalam kecerdasan ini,menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan orang lain. Mereka cenderung untuk memahami dan berinteraksi dengan orang lain, sehingga mudah dalam bersosialisai dengan lingkungan di sekelilingnya. Kecerdasan semacam ini juga sering disebut sebagai kecerdasan sosial, dimana seorang anak mampu menjalin persahabatan yang akrab dengan teman-temannya, juga termasuk kemampuan seperti memimpin, mengorganisasi, menangani perselisihan antar teman, memperoleh simpati dari anak yang lain, dan sebagainya.
Kecerdasan Intra-personal
Kecerdasan intra-personal menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan dirinya sendiri. Ia cenderung mampu untuk mengenali berbagai kekuatan mapun kelemahan yang ada pada dirinya sendiri. Anak-anak semacam ini senang melakukan introspeksi diri, mengoreksi kekurangan maupun kelemahannnya, kemudian mencoba untuk memperbaiki diri. Beberapa diantaranya cenderung menyukai kesunyian dan kesendirian, merenung dan berdialog dengan dirinya sendiri.
Kecerdasan Naturalis
Kecerdasan Naturalis yaitu kemampuan seseorang untuk peka terhadap lingkungan alam. Misalnya senang berada di lingkungan alam yang terbuka seperti pantai, gunung, cagar alam, hutan, dan sebagainya. Anak-anak dengan kecerdasan seperti ini cenderung suka mengobservasi lingkungan alam seperi aneka macam bebatuan, jenis-jenis lapisan tanah, aneka macam flora dan fauna, benda-benda di angkasa, dan sebagainya.
Melalui konsepnya mengenai kecerdasan multiple atau kecerdasan ganda ini, Gardner ingin mengoreksi keterbatasan cara berpikir yang konvensional mengenai kecerdasan. Dimana kecerdasan seolah-olah hanya terbatas pada apa yang diukur oleh beberapa test intelegensi yang sempit saja, atau sekedar melihat prestasi yang ditampilkan seorang anak melalui ulangan maupun ujian di sekolah belaka.
Teori Gardner ini kemudian dikembangkan dan juga semakin dilengkapi oleh para ahli lain. Di antaranya adalah Daniel Goleman melalui bukunya yang terkenal “Emotional Intelligence” atau Kecerdasan Emosional.
Dari ke tujuh spektrum kecerdasan yang dikemukakan oleh Gardner di atas, Goleman mencoba memberi tekanan pada aspek kecerdasan intra-personal atau antar pribadi. Inti dari kecerdasan ini adalah mencakup kemampuan untuk membedakan dan menanggapi dengan tepat suasana hati, temperamen, motivasi dan hasrat keinginan orang lain. Namun menurut Gardner kecerdasan antar pribadi ini lebih menekankan pada aspek kognisi atau pemahaman. Sementara faktor emosi atau perasaan kurang diperhatikan. Padahal menurut Goleman, faktor emosi ini sangat penting dan memberikan suatu warna yang kaya dalam kecerdasan antar pribadi ini.
2.5Perbandingan Gender
Pengertian jender
Kata “Gender” berasal dari bahasa inggris, gender, berarti “jenis kelamin” dalam Websters New World Dictionari, jender di artikan sebagaiperbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan di lihat dari segi nilai dan tingkah laku.
Di dalam Womens Studies Encyclopedia di jelaskan bahwa jender adalah suatu konsep cultural yang berupaya membuat pembedaan dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat.
Hilari M. Lips dalam bukunya yang terkenal Sex dan Gender: an introduction mengartikan jender sebagai harapan-harapan budaya terhadap laki-laki dan perempuan. Pendapat ini sejalan dengan pendapat umumnya kaum feminis seperti Linda L. Lindsey, yang menganggap semua ketetapan masyarakat prihal penentuan seseorang sebagai laki-laki atau perempuan adalah termasuk bidang kajian jender.
H.T. Wilson dalam Sex dan Gender mengartikan jender sebagai suatu dasar ntuk menentukan perbedaan sumbangan laki-laki dan perempuan pada kebudayaan dan kehidupan kolektif yang sebagai akibatnya mereka menjadi laki-laki dan perempuan. Elaine Showalter mengartikan jender lebih dari sekedar perbedaan laki-laki dan perempuan di lihat dari kontruksi social budaya.ia menekankan sebagai konsep analisis yang dapat di gunakan untuk menjelaskan sesuatu.Meskipun kata gender belum masuk dalam perbendaharaan dalam kamus besar Indonesia, istilah tersebut suda lazim digunakan, khususnya di kantor menteri Negara urusan peranan wanita dengan ejaan “jender”. Jender di artikan sebagai “interpretasi mental dan cultural terhadap perbedaan kelamin yakni laki-laki dan perempuan.jender biasanya di pergunakan untuk menunjukkan pembagian kerja yang di anggap tepat bagi laki-laki dan perempuan.
Dari berbagai definisi di atas dapat di simpulkan bahwa jender adalah suatu konsep yang digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan di lihat dari segi social budaya. Jender dalam arti ini mendefinisikan laki-laki dan perempuan dari sudut non-biologis.
Perbedaan sex dan gender
Gender secara umum digunakan untuk mengiandentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi social budaya. Sementara itu, sex secara umum digunakan untuk mengidentikasi perbedaan antara laki-laki dan perempuan dari segi anatomi biologi.studi jender lebih menekankan perkembangan aspek ,askulinitas atau feminitas seseorang.untuk proses pertumbuhan anak menjadi seorang laki-laki atau menjadi seorang perempuan, lebih banyak digunakan istilah jender dari pada istilah sex. Istilah sex umumnya digunakan untuk merujuk kepada persoalan reproduksi dan aktifitas seksual, selebihnya digunakan istilah jender.
Identitas jender
Ketika seorang anak di lahirkan, maka pada saat itu anak sudah dapat di kenali, apakah seorang anak laki-laki atau seorang anak perempuan, berdasarkan alat jenis kelamin yang di milikinya. Jika anak itu mempunyai alat klamin laki-laki (penis) maka ia dikonsepsikan sebagai anak laki-laki dan jika memiliki alat kelamin perempuan (vagina) maka ia dikonsepsikan sebagai anak perempuan.begitu seorang anak di lahirkan, maka pada saat yang sama ia memperoleh tugas dan beban jender dari lingkungan budaya masyarakatnya.beban jender seseorang tergantung dari nilai-nilai budaya yang berkembang di dalam masyarakatnya.Dalam masyarakat patrilineal dan androsentris, sejak awal beban jender seorang anak laki-laki lebih dominan di banding anak perempuan.
2.6Kecerdasan Majemuk
Kecerdasan merupakan salah satu faktor utama yang menentukan sukses gagalnya peserta didik belajar di sekolah. Peserta didik yang mempunyai taraf kecerdasan rendah atau di bawah normal sukar diharapkan berprestasi tinggi. Tetapi tidak ada jaminan bahwa dengan taraf kecerdasan tinggi seseorang secara otomatis akan sukses belajar di sekolah.
Kecerdasan majemuk (multi intelegence) terus menjadi topik yang tak habis-habisnya. Teori dari penelitian panjang Howard Gardner itu, sejak dipublikasikan pada tahun 1990-an itu terus mendapat sorotan. Bahkan terus dikembangkan yang konon kini sudah mencapai sekitar 11 jenis kecerdasan yang dimiliki setiap manusia.
Sejauh ini penerapannya dalam sistem pendidikan dan kehidupan keluarga juga terkesan sekedarnya. Untuk yang di sistem pendidikan masalahnya jelas karena sulitnya mengubah paradigma dan kebiasaan yang telah dianut. Sedangkan di dalam pendidikan di rumah mulai banyak diterapkan sebagai alternatif. Umum diketahui bahwa kecerdasan majemuk tidak mendapatkan apresiasi selayaknya disekolah. Di lembaga pendidikan formal ini hanya dua-tiga jenis kecerdasan yang diakui sebagai tolak ukur keberhasilan atau prestasi siswa. Khususnya kecerdasan yang menyangkut bahasa, matematika dan logika. Sebagai orangtua masa kini, kita sering kali menekankan agar anak berprestasi secara akademik di sekolah. Kita ingin mereka menjadi juara kelas dengan harapan ketika dewasa bisa memasuki perguruan tinggi bergengsi. Masyarakat pun mempunyai kepercayaan bahwa sukses di sekolah adalah kunci kesuksesan hidup di masa depan.
Padahal, kata penulis buku Anak Ajaib Andyda Meliala, kenyataanya tidak bisa dipungkiri sangat sedikit orang-orang sangat sukses di dunia yang juara kelas dimasa sekolah. Sebut Bill Gates (pemilik Microsoft) atau Tiger Wood (Pemain Golf), beberapa dari ribuan orang yang dianggap tidak berhasil di sekolah tetapi menjadi orang yang sangat berhasil dibidangnya.
Kandidat doktor ini menyatakan pengembangan kecerdasan majemuk mutlak diperlukan untuk menjamin masa depan anak. Sukses sekolah semata, kata dia tidak bisa jadi gantungan. Karena itu ayah dan ibu harus berusaha maksimal menemukan dan mengembangkan sebanyak mungkin kecerdasan yang dimiliki setiap anak.
Menurutnya penelitian mutakhir mengenai seluk-beluk otak makin membukakan mata perihal kecerdasan manusia. Bahwa ternyata, kecerdasan manusia tidak dapat disimpulkan hanya dari IQ karena nilai tes kecerdasan, yaitu kecerdasan bahasa dan kecerdasan matematika.
Ibarat Tenda
Belakangan ini, makin banyak penelitian menegaskan bahwa tinggi rendahnya nilai tes IQ tidak bisa dipakai untuk meramalkan sukses seseorang ketika dewasa. Tes IQ bukan mengukur kualitas yang dibutuhkan untuk sukses dalam pekerjaan, seperti kemauan keras, percaya diri, motivasi maupun kecerdasan sosial.
Tes juga tak mampu mengukur kinerja seseorang dalam menentukan prioritas, manajemen waktu dan efisiensi. Juga kreatifitas dan intuisi yang merupakan hal utama dalam ilmu pengetahuan dan seni. Kreativitas sering melibatkan kemampuan melihat sejumlah kemungkinan pemecahan atas satu masalah, sementara tes IQ menharuskan pilihan tunggalâ. Pada kenyataanya, walaupun nilai IQ seorang anak sangat tinggi, lanjut Andyda, tanpa pengasuhan yang mendukung kecerdasan anak (kurang stimulus, masalah keluarga, kurang tantangan, tanpa aturan yang jelas, kurang feedback, dan lain-lain), membuat nilai IQ pada suatu waktu bisa mengalami penurunan. Jadi, kalau IQ ataupun prestasi akademik tidak bisa dipakai untuk meramalkan sukses seorang anak di masa depan, lalu apa? Kemudian apa yang harus dilakukan orang tua supaya anak-anak mempunyai persiapan cukup untuk masa depannya? Jawabannya adalah prestasi dalam kecerdasan majemuk, bukan hanya prestasi akademikâ, tandas dokter lulusan UGM itu. Menurut ibu Anak Berbakat Indonesia 2004 itu kemungkinan anak meraih sukses menjadi sangat besar jika anak dilatih untuk meningkatkan kecerdasan yang punya berbagai sisi itu. Dia menambahkan membangun seluruh kecerdasan anak ibarat membangun sebuah tenda yang mempunyai beberapa tongakat sebagai penyangganya.
Semakin sama tinggi tongkat-tongkat penyangganya, semakin kokoh pulalah tenda itu berdiri, ujar istri Edimon Ginting yang berkarir di IMF itu seraya berujar untuk menjadi sungguh-sungguh cerdas berarti memiliki skor tinggi pada seluruh jenis kecerdasan. Namun Andyda mengatakan sangat jarang seseorang memiliki tingkatan yang tinggi di semua bidang kecerdasan.
Biasanya, tuturnya orang yang benar-benar sukses memiliki kombinasi 4 atau 5 kecerdasan yang menonjol. Dia mencontohkan Albert Einsten, terkenal jenius di bidang sains, bermain biola dan matematika. Demikian pula Leonardo Da Vinci yang memiliki kecerdasan luar biasa dalam bidang olah tubuh, seni, arsitektur, matematika dan fisika.
Syaratkan Keterlibatan Orangtua
Penelitian menunjukkan bahwa faktor genetik saja tidak cukup bagi seseorang untuk mengembangkan kecerdasanya secara maksimal. Justru peran orangtua dalam memberikan latihan-latuhan dan leingkungan yang mendukung jauh lebih penting dalam menentukan perkembangan kecerdasan seorang anak. Para orangtua harus bisa menemukan bakat anak melalui kecerdasan majemuk, khususnya pada masa emas. Jumlahnya yang mencapai 9 jenis itu adalah, kecerdasan verbal-bahasa, matematika-logika, visual spasial (imajinasi), musik, interpersonal (bergaul), intrapersonal (cerdas diri), fisik, lingkungan dan spiritual, jelasnya.
Masa emas yang dimaksudkan, tambah ibu dua putra yang kini bermukim di Maryland, As, itu adalah sejak anak lahir sampai 6 tahun dimana pada usia-usia tersebut sel-sel syaraf otak mereka terbentuk sebesar 80%. Sementara potensi kemampuan anak berkembang 50% dalam enam tahun pertama tersebut.
Keterlibatan para orang tua secara aktif dalam mengasah mental dan stimulus si anak secara tepat sangat diperlukan mengingat mereka adalah orang yang setiap hari bersama si anak. Orangtua harus bersikap proaktif dan bukannya reaktif dalam mempelajari, mengantisipasi dan me-review aktifitas yang sudah dilakuakan anak-anak merekaâ. Aktifitas tersebut, lanjut Andyda, diharapkan menjadi suatu hal yang menyenangkan. Aspek menyenangkan penting, ujar perempuan Batak kelahiran Yogya pada 1967 itu, karena ketika si anak merasa enjoy dalam melakukan aktivitasnya maka otaknya akan berkembang lebih baik. Yang tak kalah penting adalah membangun harga diri dan citra diri si anak dengan memberikan tantangan dan komentar yang positif dan bukannya kritik pedas yang justru membuat si anak menjadi rendah diri dan takut menunjukan bakat dan talenta yang dimilikinya.
Ditambah dengan aturan dan feedback (umpan balik) yang membuat si anak merasa aman dan terlindungi, impian orangtua untuk membuat anak mereka menjadi ajaib bukanlah sekedar mimpiâ, tandas perempuan yang berprofesi sepenuhnya sebagai ibu rumah tangga ini.
Ia mencontohkan anak lelakinya, Timothy (8 th) yang menunjukkan berbagai talenta yang banyak membuahkan banyak penghargaan karena penerapan pola pengasuhan yang melibatkan orangtua secara aktif. Upaya mengembangkan bakat Timoty di bidang musik sejak 4,5 tahun berbuah penghargaan internasional pemain piano anak- anak berbakat.
Berbagi ilmu dari Profesor Gardner yang telah menemukan teori kecerdasan majemuk atau Multiple Intelligences, bahwa ada banyak kecerdasan yang dimiliki setiap orang. Teori ini juga menekankan pentingnya “model” atau teladan yang sudah berhasil mengembangkan salah satu kecerdasan hingga puncak.
Dalam buku konsep dan makna pembelajaran (Sagala, 2005 : 84) memaparkan 8 kecerdasan yaitu kecerdasan verbal/bahasa, kecerdasan logika/matematika, kecerdasan spasial/visual, kecerdasan tubuh/kinestetik, kecerdasan musical/ritmik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan spiritual.
Mari kita bahas satu per satu kecerdasan di atas. Selain penjelasan bentuk kecerdasan, juga dikaitkan dengan pelajaran yang diajarkan di sekolah serta tokoh atau profesi yang memiliki kecerdasan tersebut.


1Kecerdasan Verbal (Bahasa)
Bentuk kecerdasan ini dinampakkan oleh kepekaan akan makna dan urutan kata serta kemampuan membuat beragam penggunaan bahasa untuk menyatakan dan memaknai arti yang kompleks.Berkaitan dengan pelajaran bahasa. William Shakespeare, Martin Luther King Jr, Soekarno, Putu Wijaya, Taufiq Ismail, Hilman “Lupus” Hariwijaya merupakan tokoh yang berhasil menunjukkan kecerdasan ini hingga puncak, demikian pula para jurnalis hebat, ahli bahasa, sastrawan, orator pasti memiliki kecerdasan ini.
2Kecerdasan Logika/Matematika
Bentuk kecerdasan ini termasuk yang paling mudah distandarisasikan dan diukur. Kecerdasan ini sebagai pikiran analitik dan sainstifik, dan bisa melihatnya dalam diri ahli sains, programmer komputer, akuntan, banker dan tentu saja ahli matematika.
Berkaitan dengan pelajaran matematika. Tokoh2 yang terkenal antara lain Madame Currie, Blaise Pascal, B.J. Habibie.
3.Kecerdasan Spasial/Visual
Bentuk kecerdasan ini umumnya terampil menghasilkan imaji mental dan menciptakan representasi grafis, mereka sanggup berpikir tiga dimensi, mampu mencipta ulang dunia visual.
Kecerdasan ini dapat ditemukan pada pelukis, pematung, programmer komputer, desainer, arsitek.
Berhubungan dengan pelajaran menggambar. Tokoh yang dapat diceritakan berkaitan dengan kecerdasan ini, misalnya Picasso, Walt Disney, Garin Nugroho.


4.Kecerdasan Tubuh/Kinestetik
Bentuk kecerdasan ini memungkinkan terjadinya hubungan antara pikiran dan tubuh yang diperlukan untuk berhasil dalam aktivitas2 seperti menari, melakukan pantomim, berolahraga, seni bela diri dan memainkan drama.
Sebut saja Michael Jordan, Martha Graham (penari balet), Susi Susanti. Kecerdasan ini berkaitan dengan pejaran olahraga atau kegiatan ekstrakurikuler seperti menari, bermain teater, pantomim.
5.Kecerdasan Musical/Ritmik
Bentuk kecerdasan ini mendengarkan pola musik dan ritmik secara natural dan kemudian dapat memproduksinya. Bentuk kecerdasan ini sangat menyenangkan, karena musik memiliki kapasitas unutk mengubah kesadaran kita, menghilangkan stress dan meningkatkan fungsi otak.
Berkaitan dengan kegiatan ekstrakurikuler. Tokoh2 yang sudah mengembangkan kecerdasan ini misalnya Stevie Wonder, Melly Goeslow, Titik Puspa.
6.Kecerdasan Interpersonal
Bentuk kecerdasan ini wajib bagi tugas2 ditempat kerja seperti negosiasi dan menyediakan umpan balik atau evaluasi. Berkaitan dengan pelajaran PPKn, sosiologi.
terapis, politikus, mediator menunjukkan bentuk kecerdasan ini. Mereka biasanya pintar membaca suasana hati, temperamen, motivasi dan maksud orang lain. Abraham Lincoln dan Mahatma Gadhi memanfaatkan kecerdasan ini untuk mengubah dunia.


7.Kecerdasan Intrapersonal
Bentuk kecerdasan ini merupakan kemampuan untuk memahami dan mengartikulasikan cara kerja terdalam dari karakter dan kepribadian. Kita sering menamai kecerdasan ini dengan kebijaksanaan.
Berkaitan dengan jurusan psikologi atau filsafat. Tokoh2 sukses yang dapat dikenalkan untuk memperkaya kecerdasan ini adalah para pemimpin keagamaan dan para psikolog.
8.Kecerdasan Spiritual
Bentuk kecerdasan ini dapat dipandang sebagai sebuah kombinasi dan kesadaran interpersonal dan kecerdasan intrapersonal dengan sebuah komponen “nilai” yang ditambahkan padanya.
Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan rohaniah, yang menuntun diri kita menjadi manusia yang utuh, berada pada bagian yang paling dalam diri kita.
Dengan beragamnya kecerdasan manusia, menjadikan peran guru amat penting untuk memberikan arahan pada apa yang cocok dan sesuai bagi para siswanya.
2.7Konsep Otak Kiri dan Kanan
Seorang ahli pengembangan potensi manusia asal Inggris, Tony Buzan,pada tahun 1960-an berhasil menemukan metode pemetaan pikiran yang melibatkan kedua sisi otak secara bersamaan, yaitu otak kanan dan otak kiri. Metode ini disebut dengan istilah Mind map yang merupakan teknik inovatif yang dapat membantu mebuka seluruh potensi dan kapasitas otak yang tesembunyi. Dalam metode ini otak tetap digunakan bekerja secara alami.
Otak manusia adalah massa protoplasma yang paling kompleks yang pernah di kenal did lam semesta ini. Inilah satu-satunya organ yang sangat berkembang sehingga ia dapat mempelajari dirinya sendiri. Jika di rawat oleh tubuh yang sehat dan lingkungan yang menimbulkan rangsangan, otak yang berfungsi dapat tetap aktif dan reaktif selama lebih dan seratus tahun.
Pada otak kiri- kanan: (Njiokiktjien 1997, NJiokiktjien2003)
a.Pemahaman dan pengenalan apa yang dilihat.
Mula mula anak belajar membaca melalui proses penglihatan, dimana
bentuk huruf dan kata harus dicamkan dan diingat; kemudian bentuk
tersebut diidentifikasi, diingat dan dihubungkan dengan bunyi
huruf/kata.
b. Hubungan antara deret huruf dan deret bunyi
Setelah ada proses pemahaman tentang apa yang dilihat, didalam otak
deretan huruf akan dirubah menjadi deretan bunyi, sehingga terjadi perekaman kata. Deretan huruf ini akan masuk dalam proses didaerah
pendengaran sehingga terjadi pemanggilan bunyi.
c. Menganalisa apa yang didengar.
Perbendaharaan kata pada permulaan bahasa bicara diwujudkan sebagai kesatuan bunyi,kemudian anak tahu bahwa satu kata terdiri dari beberapa bunyi tersendiri. Anak harus belajar untuk menganalisa apa yan didengar.
d. Pemahaman apa yang dibaca.
Bila sudah terdapat kemajuan dalam proses membaca, bacaan
tersebut harus dapat dimengerti sehingga dapat membuat ringkasan atau jalan pikiran dari apa yang telah dilihat. Untuk tahapan ini anak
tidak boleh ada kesulitan dalam menemukan kata, dapat bicara dengan
lancar, mempunyai tata bahasa yang digunakan.
Pada otak kanan (Freed, 1997)
a. Mengeja (Visual Spelling)
Proses berpikir pada individu dengan otak kanan adalah secara visual dan spasial(penglihatan dalam ruang). Anak dapat membedakan konsonan tapi sulit untuk membedakan vocal tertentu. Karena proses berpikirnya dalam ruang, mudah terjadi inverse huruf, dan terlihat seperti cermin. Karena penglihatannya 3 dimensi, maka kata yang dilihat dapat terimajinasi berotasi (dari arah atas, bawah, seperti cermin). Bentuk kata yang dilihat , diimajinasikan, lalu diingat. Setelah itu baru dapat dieja kedepan atau dieja mundur. Agar lebih mudah terperhatikan kata tersebut harus ditulis berwarna dengan masing suku kata diberi warna yang berbeda. Perlihatkan keanak selama 20 detik agar dapat terekam dipikirannya. Anak akan sulit untuk menuliskan apa yang dilihat karena harus melihat kebawah, yang mempengaruhi proses pemanggilan kembali imajinasi visualnya.
b. Membaca
Proses membaca dimulai dengan melihat kata, diubah menjadi gambar didalam pikirannya, lalu diucapkan dengan kata. Hal ini akan sulit dikerjakan karena konsentrasi anak lebih mudah beralih, informasi diproses dengan acak dan pandangan dapat melompat atau mundur dari kata yang harus dibaca. Jadi proses membaca menjadi tidak lancar; akan ada kata yang terlewati dan baris yang terlompati.
Bila anak ini mengerti konsep untuk mengubah kata menjadi gambar didalam pikirannya (mental picture), anak akan dapat membaca dalam hati. Pola belajar yang whole to part, mengakibatkan ketidak mampuan dalam belajar huruf bunyi (fonem). Anak biasanya baru dapat membaca dikelas 3, setelah perbendaharaan kata yang dilihatnya banyak. Metode phonic yang memecah kata menjadi huruf bunyi seperti yang diajarkan secara konfensional dan memerlukan proses pendengaran dan berurutan, hanya dapat dipakai untuk pola belajar otak kiri atau ke 2 otak(part to whole).Pada otak kanan dipakai metode bahasa yang menyeluruh (whole language), dimana ini akan merangsang anak untuk senang membaca dan mengerti (komprehensif), baru kemudian memperbaiki detail (ejaan dan tata bahasa).Anak diperlihatkan kata utuh dan dibacakan utuh untuk kemudian direkam dalam pikirannya (jangan dibiarkan anak untuk menebak).
c.Membaca dalam hati
Individu dengan pola belajar dengan otak kanan adalah seorang pembaca dalam hati yang ulung, dan dapat membaca dengan cepat, karena membaca adalah komprehensif (pemahaman) dan komprehensif adalah visual (sesuatu yang dapat dilihat). Pada individu dengan pola belajar memakai otak kiri walau dapat membaca cepat, belum tentu pemahamannya baik. Untuk memahami apa yang dibaca , harus dengan membaca perlahan (silent) dan pelan pelan (slowly), sehingga kata kata tersebut akan masuk kedalam pikirannya. Biasanya menggunakan catatan, sehingga penyimpanan informasinya sistimatik. Individu dengan otak kanan akan membaca dengan cepat, melakukan scanning terhadap kata kata yang ada, sehingga mendapatkan gambaran detailnya.
d. Menulis.
Merupakan hal yang paling sulit untuk dikerjakan karena koordinasi
motorikhalus umumnya juga terganggu. Orientasi visualnya yang multidimensi membuat kecenderungan untuk melakukan kesalahan dalam menyalin huruf dan angka. Terdapat kesulitan dalam mengalihkan dari gambar yang ada dipikirannya kedalam kertas dalam bentuk kata, membentuk huruf, ejaan, pemisahan kata, karena terjadi distorsi dari mental picturenya. Pada otak kiri, berpikirnya secara symbol dan dalam bentuk kata,, sehingga mudah untuk menerjemahkan pikirannya ke kertas. Pada otak kanan, sejak awal anak cenderung perfeksionis. Jadi bila terdapat kesalahan menulis yang harus diperbaiki membuatnya tidak mau menulis. Anak disuruh berbicara lambat, lalu kita menuliskan kata tersebut, beri tanda baca dan pemisahan kata; dengan demikian dia mengerti bagaimana cara menulis. Kemudian kita berbicara dengan lambat, anak disuruh menuliskan. Bila terdapat kesalahan perbaikilah
kata tersebut secara kata yang utuh.
Pada otak kiri (Njiokiktjien 1997, Njiokiktjien 2003).
a.Dapat menghitung dan mempunyai pengertian bilangan.
Sebelum anak mampu berhitung, harus ada pengertian tentang jumlah dan pengertian tentang perbedaan diantara jumlah tersebut. Saat balita anak belajar berhitung dalam situasi fisik dan konkrit,menghubungkan jumlah tersebut dengan bahasa yang diucapkan yaitu bilangan2 kemudian disusul dengan angka angka. Pengertian bilangan ( pengertian jumlah tanpa ada benda fisik /konkrit yang dapat dihitung) harus sudah dimiliki pada usia 5 tahun.
b.Bahasa pada proses berhitung
Membagi atau merubah suatu jumlah, pengertian ditambah dan dikurangi, lebih besar dan lebih kecil perlu diajarkan selama perkembangan bicara dalam bentuk gerakan dan penglihatan. Salah satu syarat untuk dapat berhitung adalah tidak mengalami gangguan perkembangan berbahasa.
c.Mengerjakan simbol simbol hitungan.
Syarat lain untuk berhitung adalah mengenal bentuk lambang hitungan,
sehingga proses berhitung dapat berlangsung.
d.Proses berhitung sentral
Operasi matematika (tambah, kurang, kali dan bagi) akan dipelajari
pada ahir periode manipulasi secara konkrit. Operasi matematika tidak
tergantung dari simbul tertulis.
e.Faktor lain pada berhitung.
Perhatian, pencaman dan daya ingat jangka pendek yang baik perlu
untuk mencongak. Juga perlu daya ingat yang baik tentang apa yang
didengar verbal. Pada mencongak juga diperlukan imajinasi penglihatan
(visual) selama hitungan hitungan belum mampu dilakukan secara otomatis. Pada operasi yang lebih besar diperlukan keberuntunan, yang
satu dulu, baru yang lain dan diperlukan urutan yang tepat serta
perencanaan.
2.8Impliksi Pembelajaran
a.Implikasi dalam Proses Pembelajaran

Implikasi bagi guru
Guru harus kreatif baik dalam menyiapkan kegiatan/pengalaman belajar bagi anak, juga dalam memilih kompetensi dari berbagai mata pelajaran dan mengaturnya agar pembelajaran menjadi lebih bermakna, menarik, menyenangkan dan utuh.
Implikasi bagi siswa
Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang dalam pelaksanaannya dimungkinkan untuk bekerja baik secara individual, pasangan, kelompok kecil ataupun klasikal.Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang bervariasi secara aktif misalnya melakukan diskusi kelompok, mengadakan penelitian sederhana, dan pemecahan masalah Implikasi terhadap sarana, prasarana, sumber belajar dan media.
Pelaksanaan Pembelajaran tematik:
* Memerlukan berbagai sarana dan prasarana belajar.
* Memanfaatkan berbagai sumber belajar
* Mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran yang bervariasi
* Masih dapat menggunakan buku ajar yang sudah ada saat ini untuk masing-masing mata pelajaran dan dimungkinkan pula untuk menggunakan buku suplemen khusus yang memuat bahan ajar yang terintegrasi
Implikasi terhadap Pengaturan ruangan
* Ruang perlu ditata disesuaikan dengan tema yang sedang dilaksanakan.
* Susunan bangku peserta didik dapat berubah-ubah disesuaikan dengan keperluan pembelajaran yang sedang berlangsung
* Peserta didik tidak selalu duduk di kursi tetapi dapat duduk di tikar/karpet
* Kegiatan hendaknya bervariasi dan dapat dilaksanakan baik di dalam kelas maupun diluar kelas
* Dinding kelas dapat dimanfaatkan untuk memajang hasil karya peserta didik dan dimanfaatkan sebagai sumber belajar
* Alat, sarana dan sumber belajar hendaknya dikelola sehingga memudahkan peserta didik untuk menggunakan dan menyimpannya kembali
Implikasi terhadap Pemilihan metode
Pembelajaran dilakukan dengan menggunakan berbagai variasi metode. Misalnya percobaan, bermain peran, tanya jawab, demonstrasi, bercakap-cakap.
b. Implikasi Prinsip Pembelajaran
Pengertian pembelajaran dapat diartikan secara khusus, berdasarkan aliran psikologi tertentu. Pengertian pembelajaran menurut aliran-aliran tersebut sebagai berikut: Menurut psikologi daya pembelajaran adalah upaya melatih daya-daya yang ada pada jiwa manusia supaya menjadi lebih tajam atau lebih berfungsi.
Psikologi kognitif, pembelajaran adalah usaha membantu siswa atau anak didik mencapai perubahan struktur kognitif melalui pemahaman. Psikologi humanistik, pembelajaran adalah usaha guru untuk menciptakan suasana yang menyenangkan untuk belajar (enjoy learning), yang membuat siswa dipanggil untuk belajar (Darsono, 2001: 24-25)
Adapun prinsip-prinsip belajar yang perlu diperhatikan terutama oleh pendidik ada 8 yaitu: perhatian, dalam pembelajaran guru hendaknya tidak mengabaikan masalah perhatian. Sebelum pembelajaran dimulai guru hendaknya menarik perhatian siswa agar siswa berkonsentrasi dan tertarik pada materi pelajaran yang sedang diajarkan.
Motivasi, Jika perhatian siswa sudah terpusat maka langkah guru selanjutnya memotivasi siswa. Walaupun siswa udah termotivasi dengan kegiatan awal saat guru mengkondisikan agar perhatian siswa terpusat pada materi pelajaran yang sedang berlangsung. Namun guru wajib membangun motivasi sepanjang proses belajar dan pembelajaran berlangsung agar siswa dapa mengikuti pelajaran dengan baik.
Keaktifan siswa, Pembelajaran yang bermakna apabila siswa aktif dalam proses belajar dan pembelajaran. Siswa tidak sekedar menerima dan menelan konsep-konsep yang disampaikan guru, tetapi siswa beraktivitas langsung. Dalam hal ini guru perlu menciptakan situasi yang menimbulkan aktivitas siswa.
Keterlibatan langsung, pelibatan langsung siswa dalam proses pembelajaran adalah penting. Siswalah yang melakukan kegiatan belajar bukan guru. Supaya siswa banyak terlibat dalam proses pembelajaran, guru hendaknya memilih dan mempersiapkan kegiatan-kegiatan sesuai dengan tujuan pembelajaran.Pengulangan belajar, Penguasaan meteri oleh siswa tidak bisa berlangsung secara singkat.
Siswa perlu melakukan pengulangan-pengulangan supaya meteri yang dipelajari tetap ingat. Oleh karena itu guru harus melakukan sesuatu yang membuat siswa melakukan pengulangan belajar.
Materi pelajaran yang merangsang dan menantang, kadang siswa merasa bosan dan tidak tertarik dengan materi yang sedang diajarkan. Untuk menghindari gejala yang seperti ini guru harus memilih dan mengorganisir materi sedemikikan rupa sehingga merangsang dan menantang siswa untuk mempelajarinya.
Balikan atau penguatan kepada siswa, penguatan atau reinforcement mempunyai efek yang besar jika sering diberikan kepada siswa. Setiap keberhasilan siswa sekecil apapun, hendaknya ditanggapi dengan memberikan penghargaan.Aspek-aspek psikologi lain, setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda. Perbedaan individu baik secara fisik maupun secara psikis akan mempengaruhi cara belajar siswa tersebut, sehingga guru perlu memperhatikan cara pembelajaran yang diberikan kepada siswa tersebut misalnya, mengatur tempat duduk, mengatur jadwal pelajaran ddl.

b.Implikasi Perkembangan Teori Pembelajaran
Perkembangan teori belajar cukup pesat. Berikut ini adalah teori belajar dan aplikasinya dalam kegiatan pembelajaran.
Pertama aliran tingkah laku (Behavioristik), belajar adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Perubahan perilaku dapat berujud sesuatu yang kongkret atau yang non kongkret, berlangsung secara mekanik memerlukan penguatan. Tokoh dalam aliran ini adalah Thorndike, Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Skinner.
Aplikasi teori belajar behavioristik dalam pembelajaran, tergantung dari beberapa hal seperti tujuan pembelajaran, sifat meteri pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia.
Kedua aliran kognitif, belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku, menekankan pada gagasan bahwa pada bagian-bagian suatu situasi berhubungan dengan konteks seluruh situasi tersebut. Pengetahuan dibangun dalam diri seseorang melalui proses interaksi yang bersinambungan dengan lingkungan. Tokoh aliran ini Piaget, David Ausebel, Brunner.
Aplikasi teori belajar kognitif dalam pembelajaran, guru harus memahami bahwa siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya, anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar belajar menggunakan benda-benda kongkret, keaktifan siswa amat dipentingkan, guru menyususun materi dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari sederhana ke kompleks, guru menciptakan pembelajaran yang bermakna, memperhatikan perbedaan individual siswa untuk mencapai keberhasilan siswa.
Ketiga aliran humanistik, belajar adalah menekankan pentingnya isi dari proses belajar bersifat eklektik, tujuannya adalah memanusiakan manusia atau mencapai aktualisasi diri. Dalam praktiknya menggunakan teori belajar Ausebel, teori Bloom, Kolb, dll.

Aplikasi teori humanistik dalam pembelajaran guru lebih mengarahkan siswa untuk berpikir induktif, mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar.
Keempat teori belajar menurut aliran kontemporer, Teori kontemporer yang bermunculan saat ini banyak sekali di antaranya teori belajar sibernetik. Teori belajar sibernetik merupakan teori belajar yang relatif baru, jika dibandingkan dengan teori-teori belajar yang sudah dibahas sebelumnya. Teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan ilmu informasi.
Menurut teori Sibernetik (Budiningsih, 2005:80-81), belajar adalah pengolahan informasi. Seolah-olah teori ini mempunyai kesamaan dengan teori kognitif yaitu mementingkan proses belajar daripada hasil belajar. Proses belajar memang penting dalam teori sibernetik namun yang lebih penting lagi adalah sistem informasi yang diproses yang akan dipelajari siswa. Informasi inilah yang akan menentukan proses bagaimana proses belajar akan berlangsung, sangat ditentukan oleh sistem informasi yang dipelajari. Tokoh teori ini Gage dan Berliner, Biehler, Snoman, Baine, dan Tennyson.
Aplikasi teori ini, untuk mendukung proses pembelajaran dalam kegiatan belajar hendaknya menarik perhatian, memberitahukan tujuan pembelajaran kepada siswa, merangsang ingatan pada prasyarat belajar, menyajikan bahan perangsang, memberikan bimbingan belajar, mendorong unjuk kerja, memberikan balikan informatif, menilai unjuk kerja, meningkatkan retensi dan alih belajar.
Dengan memahami berbagai teori belajar, prinsip-prinsip pembelajaran dan pengajaran, pendidikan yang berkembang di bangsa kita niscaya akan menghasilkan out put-out put yang berkualitas yang mampu membentuk manusia Indonesia seutuhnya.



BAB III
PENUTUP
3.1Kesimpulan
Dari hasil pembahasan pada halaman sebelumnya maka dapat di tarik kesimpulan bahwa:
Dalam kehidupan anak ada dua prosese yang beroperasi secara kontinue yakni pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis.Perkembangan adalah sutu proses yang kekal dan tetap menuju pada tingkat integrasi yang lebih tinggi, berdasarkan proses pertumbuhan kemasakan belajar.
Otak manusia adalah massa protoplasma yang paling kompleks. Masing-masing belahan otak memiliki fungsi masing-masing yang berbeda-beda. Otak belahan kiri adalah bagian otak untuk matematika, sejarah, bahasa, verbal limit sensori input, sequential measurable, analitis komparatif, relasional, refensial, linear, logis, digital, sainsifik, dan teknologis. Sedangkan belahan otak kanan adalah bagian otak untuk diri (self), non verbal, persepsi, dan ekspresi hal-hal yang spasial, intutif, holistik, integratif, nonreferensial, gestalt, imajinasi, mistikal, dan humanistik.
3.2Saran
Dalam pendidikan harus ada kerja sama erat antara peserta didik dan pendidik, juga antara reori dan praktek.
Dengan adanya makalah ini semoga kita bisa lebih memperhatikan perkembangan peserta didik.
Peserta didik harus diberi kesempatan untuk berkenalan dengan nilai-nilai kemanusiaan yang abadi dan universal.
Kita harus membimbing peserta didik dalam hal belajar dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk berekspresi agar potensi yang ada tidak terpendam.



DAFTAR PUSTAKA
http://journal.um.ac.id/index.php/sekolah-dasar/article/view/331
http://www.mail-archive.com/budaya-nusantara@yahoogroups.com/msg02469.html
http://bapakethufail.wordpress.com/2008/06/20/mengoptimalkan-perkembangan-kecerdasan-pada-anak-sejak-usia-dini-2/
http://www.surabaya-ehealth.org/dkksurabaya/berita/pentingnya-stimulasi-untuk-perkembangan-kecerdasan-otak-anak
http://www.unikajaya.co.cc/2009/08/perkembangan-kecerdasan-anak-anda-ada.html
http://omson.blogspot.com/2008/09/trend-perkembangan-gender.html
http://74.125.153.132/search?q=cache%3ApFU7ND-km4MJ%3Awww.akademik.unsri.ac.id%2Fdownload%2Fjournal%2Ffiles%2Fudejournal%2F_2_%2520naskah%2520marhaeni.pdf+perkembangan+gender&hl=en
http://nuritaputranti.wordpress.com/2007/11/27/kecerdasan-majemuk-multiple-intelligences/
http://info.balitacerdas.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=23
http://kecerdasanmajemuk.blogspot.com/
http://parenting.pustaka-lebah.com/?p=5
http://astaqauliyah.com/2006/03/08/kecerdasan-majemuk-kecerdasan-seutuhnya-mendidik-anak-cerdas-dan-berbakat/
http://www.dokterkimia.com/search/label/Perkembangan%20Peserta%20Didik

8 komentar:

Anonim mengatakan...

SEORANG anak bukan merupakan orang dewasa dalam bentuk kecil, karena ia mempunyai sifat berlainan dari orang dewasa. Ia harus tumbuh dan berkembang sampai dewasa agar dapat berguna bagi masyarakat. Walaupun pertumbuhan dan perkembangan berjalan menurut norma-norma tertentu, seorang anak dalam banyak hal bergantung kepada orang dewasa, misalnya mengenai makan, perawatan, bimbingan, perasaan aman, pencegahan penyakit dan sebagainya. Oleh karena itu semua orang yang mendapat tugas mengawasi anak harus mengerti persoalan anak yang sedang tumbuh dan berkembang, misalnya keperluan dan lingkungan anak pada waktu tertentu agar anak dapat tumbuh dan berkembang sebaik-baiknya.

http://www.bayisehat.com/child-development-mainmenu-35/256-pertumbuhan-dan-perkembangan-anak.html

Anonim mengatakan...

Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Sebagian perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seseorang merupakan
bagian dari pertumbuhan dan perkembangannya, sedangkan sebagian lagi dari
perubahan-perubahan itu tidak ada kaitannya sama sekali.
Seifert dan Haffnung membendakan tiga tipe (domain) perkembangan yaitu:

Perkembangan fisik mencakup pertumbuhan biologis. Misalnya, pertumbuhan
otak, otot, tulang serta penuaan dengan berkurangnya ketajaman pandangan mata
dan berkurangnya kekuatan otot-otot.
Perkembangan kognitif mencakup perubahan-perubahan dalam berpikir,
kemampuan berbahasa yang terjadi melalui proses belajar.

Perkembangan psikososial berkaitan dengan perubahan-perubahan emosi dan
identitas pribadi individu, yaitu bagaimana seseorang berhubungan dengan
keluarga, teman-teman dan guru-gurunya. Ketiga domain tersebut pada
kenyataannya saling berhubungan dan saling berpengaruh.

Sejak tahun 1980-an semakin diakui pengaruh keturunan terhadap perbedaan
individu. Menurut Santrok (1992) semua aspek dalam perkembangan dipengaruhi
oleh faktor genetik. Aspek-aspek yang paling banyak diteliti sehubungan dengan
pengaruh genetik ini ialah kecerdasan dan temperamen.

Arthur Jensen (1969) melontarkan pendapatnya bahwa kecerdasan itu diwariskan,
dengan pengaruh yang sangat minimal dari lingkungan dan budaya. Menurut
Jensen pengaruh keturunan terhadap kecerdasan sebesar 80 persen, sedangkan
menurut ahli lain sebesar 50 persen.

http://www.scribd.com/doc/4652210/Pertumbuhan-dan-Perkembangan-Anak

Anonim mengatakan...

1. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan
Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang sejak konsepsi sampai berakhirnya masa
remaja. Hal ini yang membedakan anak dengan dewasa. Anak bukan dewasa kecil. Anak menunjukkan ciri-ciri
pertumbuhan dan perkembangan yang sesuai dengan usianya.
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interselular, berarti bertambahnya ukuran fisik
dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat.
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar,
gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian.
Pertumbuhan terjadi secara simultan dengan perkembangan. Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan merupakan
hasil interaksi kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya, misalnya perkembangan sistem
neuromuskuler, kemampuan bicara, emosi dan sosialisasi. Kesemua fungsi tersebut berperan penting dalam kehidupan
manusia yang utuh.

http://www.aqilaputri.rachdian.com/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=23

Anonim mengatakan...

perkembangan bayi sangat tergantung pada orang tua

http://www.bayisehat.com/child-development-mainmenu-35/256-pertumbuhan-dan-perkembangan-anak.html

Nama : Muh Tantowi Lutfi
Kelas : X.2

Anonim mengatakan...

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK KELOMPOK UMUR 3 – 4 TAHUN

A. Kemampuan perkembangan yang harus dicapai anak sesaat sebelum berumur 4 tahun.

1. Gerak kasar : Berjalan jinjit
2. Gerak halus : Meniru membuat gambar lingkaran.
3. Bicara, bahasa, dan kecerdasan: Mengenal dan menyebutkan paling sedikit 1 warna.
4. Bergaul dan mandiri : Mematuhi peraturan sederhana dalam permainan.
B. Stimulasi perkembangan yang perlu diberikan :

1. Melatih anak berjalan mengikuti garis lurus.
Latihlah anak berjalan mengikuti garis lurus, misalnya sepanjang garis pada lantai. tunjukkan bagaimana menggunakan kedua tangan untuk menjaga keseimbangan.

2. Membantu anak belajar melompat dengan satu kaki.
Ajarilah anak melompat dengan satu kaki seperti pada waktu main engklek. Mula-mula anak perlu dipegang tangannnya. Lama-kelamaan biarkan ia melakukannya sendiri.

http://pondokibu.com/parenting/permainan-anak-parenting/pertumbuhan-dan-perkembangan-anak-kelompok-umur-3-4-tahun/

Anonim mengatakan...

3. Membantu anak belajar melempar benda kecil ke atas.
Ambillah benda kecil yang ringan, kemudian tunjukkan cara melemparkan benda tersebut ke atas dan cara menjatuhkan benda ke dalam kaleng.

4. Membantu anak belajar menggunting dan membuat buku cerita dengan gambar tempel. Tunjukkan kepada anak cara mengunting gambar dari majalah/koran/buku bekas. Ajarilah anak untuk menyusun dan menempelkan gambar tersebut pada kertas, sehingga membentuk suatu urutan cerita.

5. Melatih anak belajar “menjahit”
Tempelkan sebuah gambar pada karton. Lubangilah karton tersebut dengan sebuah paku disekeliling gambar tersebut. Ambillah tali sepatu/tali rafia yang salah satu ujungnya telah disimpulkan. MAsukkan ujung lainnya ke dalam lubang-lubang tersebut menyerupai gerakan menjahit. MIntalah anak untuk menirukannya.

http://pondokibu.com/parenting/permainan-anak-parenting/pertumbuhan-dan-perkembangan-anak-kelompok-umur-3-4-tahun/

Anonim mengatakan...

Penyakit akut yang berat dapat menghambat pertumbuhan anak, tapi bila hambatan yang terjadi tidak besar, maka keterlambatan pertumbuhan tersebut masih dapat dikejar. Selain penyakit, makanan, keadaan sosial-ekonomi, terdapat pula beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi pertumbuhan, yaitu:

Faktor genetis Tidak semua orang mempunyai panjang/tinggi badan yang sama. Kemampuan untuk menjadi panjang atau pendek diturunkan menurut ketentuan tertentu, sehingga anak yang tinggi biasanya berasal dari orang tua yang tinggi pula.
Beberapa hormon yang mempengaruhi pertumbuhan.
Hormon pertumbuhan hipofisis mempengaruhi pertumbuhan jumlah sel tulang.
Hormon tiroid yang mempengaruhi pertumbuhan dan kematangan tulang.
Hormon kelamin pria di testis dan kelenjar suprarenalis dan pada wanita di kelenjar suprarenalis, merangsang pertumbuhan selama jangka waktu yang tidak lama. Di samping itu hormon tersebut juga merangsang pematangan tulang sehingga pada suatu waktu pertumbuhan berhenti. Hormon ini bekerja terutama pada pertumbuhan cepat selama masa akil balik.

http://www.bayisehat.com/child-development-mainmenu-35/256-pertumbuhan-dan-perkembangan-anak.html

Nama : Faiz Fahmi Baihaqi
Kelas : XI IPA 3

Anonim mengatakan...

Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Sebagian perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seseorang merupakan
bagian dari pertumbuhan dan perkembangannya, sedangkan sebagian lagi dari
perubahan-perubahan itu tidak ada kaitannya sama sekali.
Seifert dan Haffnung membendakan tiga tipe (domain) perkembangan yaitu:

Perkembangan fisik mencakup pertumbuhan biologis. Misalnya, pertumbuhan
otak, otot, tulang serta penuaan dengan berkurangnya ketajaman pandangan mata
dan berkurangnya kekuatan otot-otot.
Perkembangan kognitif mencakup perubahan-perubahan dalam berpikir,
kemampuan berbahasa yang terjadi melalui proses belajar.

Perkembangan psikososial berkaitan dengan perubahan-perubahan emosi dan
identitas pribadi individu, yaitu bagaimana seseorang berhubungan dengan
keluarga, teman-teman dan guru-gurunya. Ketiga domain tersebut pada
kenyataannya saling berhubungan dan saling berpengaruh.

Sejak tahun 1980-an semakin diakui pengaruh keturunan terhadap perbedaan
individu. Menurut Santrok (1992) semua aspek dalam perkembangan dipengaruhi
oleh faktor genetik. Aspek-aspek yang paling banyak diteliti sehubungan dengan
pengaruh genetik ini ialah kecerdasan dan temperamen.

Arthur Jensen (1969) melontarkan pendapatnya bahwa kecerdasan itu diwariskan,
dengan pengaruh yang sangat minimal dari lingkungan dan budaya. Menurut
Jensen pengaruh keturunan terhadap kecerdasan sebesar 80 persen, sedangkan
menurut ahli lain sebesar 50 persen.

Temperamen adalah gaya perilaku atau karakteristik dalam merespons lingkungan.
Ada bayi yang sangat aktif dengan menggerak-gerakan tangan, kaki dan mulutnya
dengan keras, ada pula yang lebih tentang. Ada bayi yang merespons orang lain
dengan hangat, ada pula yang pasif dan acuh tidak acuh.