Minggu, 20 Februari 2011

Air Mendidih Berkat Salak Pondoh

BANDUNG - Salak busuk sangat mengganggu upaya ekspor dari para petani salak di Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Sesuai dengan ketentuan, limbah tak boleh dibuang ke kebun. Dua tim mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM), BiSurya dan Bioetanol, menawarkan solusi terbaik pada acara Green Tech Competition Institut Teknologi Bandung pada 29-30 Maret lalu. Sampah salak diperas dengan teknologi sederhana hingga menjadi bioetanol. Bahan bakar berupa alkohol berkadar 70 persen itu sanggup mendidihkan air satu panci dalam 2 menit.Kedua tim berangkat dari proses awal yang sama. Setelah mengumpulkan salaksalak busuk, mereka hanya mengambil dagingnya. Kulit dan biji disisihkan. "Dagingnya kemudian dicacah pakai mesin patut, kata Ketua Tim Bioetanol Daniel Agung.

Daniel bersama rekan di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UGM angkatan 2006, Setyaningrum dan Ajeng Pratiwi, mencacah buah lalu difermentasi dengan ragi tape dan urea. Ragi sebanyak 3 persen ditambah urea 1 persen dari berat bubur salak. Urea dipakai agar bakteri mempercepat pembusukan.Fermentasi merupakan cara yang umum di masyarakat. Hasil fermentasi selama 7 hari kemudian diperas. Agar murah, alat pe-nyaringnya cukup memakai kain bekas karung tepung terigu. Dari 10 kilogram salak busuk, Um Bioetanol mendapal ll liter bioetanol. Air yang masih keruh dimasukkan ke panci tertutup, lalu dipanaskan sampai titik maksimum api 78 derajat Celsius agar kadar alkohol meningkat dari 55 persen menjadi 70 persen.

Tapi proses distilasi standar, kata Daniel, masih dikeluhkan para petani. "Mereka harus menunggu 2 jam sampai tetes pertama alkohol keluar dari pipa," dia menuturkan. Setelah tetes pertama, uap alkohol yang didinginkan di panci ketiga dengan air menetes deras seperti pipa bocor.Petani sempat menanyakan kemungkinan alkohol diminum. "Saya bilang belum tahu, Pak, karena ada kandungan ureanya," kata Daniel. Dari ll liter bioetanol, alkohol sebagai bahan bakar sebanyak 1,5 liter. Kadar bahan bakar bisa ditingkatkan dengan distilasi ulang alkohol agar mencapai 80 persen.

Bioetanol itu dimasukkan ke botol plastik dengan siang pipa dan ditutup rapat. Cairannya kemudian dialirkan ke kompor gas dengan cara disuntik. Klek! Begitu pemantik dinyalakan, kompor menyala.Dari percobaan tim, untuk memasak air satu panci hingga 250 mililiter, bioetanol yang terpakai hingga air mendidih dalam 2 menit hanya 30 mililiter. Juri acara Green Tech Competition menobatkan karya Itu sebagai peringkat ketiga. Menurut Daniel, ide riset inovasi itu bermula dari saran dosen yang jengah melihat sampah salak busuk di perkebunan.

Tim Bic-Surya, yang diawaki Adi Trimulyo, Adhita Sri Praba kusuma. Dita Adi Saputra, dan Muhammad Shidiq, puas sebagai pemenang favorit. BifrSurya sebenamya menawarkan cara cepat dalam proses fermentasi. Dengan memakai cairan Good Bacteria (GB-1, fermentasi hanya butuh 34 hari atau dua kali lebih cepat dari cara tim Bioetanol.Kelebihan lainnya, mereka sanggup mengolah sisa ampas bubur salak menjadi pupuk butiran (granula). "Kalau bentuknya bubuk, pupuk itu mudah terbawa air sewaktu hujan. Tapi kalau butiran, bisa lebih tahan di tanah," kata Adi.Namun cairan GB-1 temuan pensiunan dosen UGM, Gembong Da-nudiningrat, itu belum beredar luas di pasar. Cairan yang berisi 14 jenis bakteri itu baru bisa diperoleh di kampus UGM. unwssua
Entitas terkaitAdi | Air | Ajeng | BANDUNG | Bioetanol | Cairan | Cairannya | Celsius | Dagingnya | Daniel | Fermentasi | Gembong | Juri | Kabupaten | Kadar | Kelebihan | Kulit | Muhammad | Petani | Ragi | Salak | Sampah | Setyaningrum | Surya | Tim | Urea | Dita Adi | Fakultas Matematika | Good Bacteria | Um Bioetanol | Adhita Sri Praba | Green Tech Competition | Universitas Gadjah Mada | Ilmu Pengetahuan Alam UGM | Ketua Tim Bioetanol Daniel | Air Mendidih Berkat Salak Pondoh | Green Tech Competition Institut Teknologi Bandung |
Ringkasan Artikel Ini
Bahan bakar berupa alkohol berkadar 70 persen itu sanggup mendidihkan air satu panci dalam 2 menit.Kedua tim berangkat dari proses awal yang sama. Air yang masih keruh dimasukkan ke panci tertutup, lalu dipanaskan sampai titik maksimum api 78 derajat Celsius agar kadar alkohol meningkat dari 55 persen menjadi 70 persen. Begitu pemantik dinyalakan, kompor menyala.Dari percobaan tim, untuk memasak air satu panci hingga 250 mililiter, bioetanol yang terpakai hingga air mendidih dalam 2 menit hanya 30 mililiter. Dengan memakai cairan Good Bacteria (GB-1, fermentasi hanya butuh 34 hari atau dua kali lebih cepat dari cara tim Bioetanol.Kelebihan lainnya, mereka sanggup mengolah sisa ampas bubur salak menjadi pupuk butiran (granula).
http://bataviase.co.id/node/156005

Tidak ada komentar: